SELINGKUH (Selamatkan Lingkungan Hidup) dengan Kegiatan Konservasi Penyu melalui kegiatan SEA (Selamatkan Ekosistem Alam)

  • 13 Juli 2023
  • 12:24 WITA
  • Ummul Hasanah
  • Berita

 

<!--[if gte vml 1]>

SEA (Selamatkan Ekosistem Alam) merupakan salah satu bentuk Ujian Akhir Semester/Final mata kuliah Ekologi Hewan dengan beban 3 SKS. Mata Kuliah ini diampuh oleh Syamsul, S,Pd., M.Pd. dengan tema utama “Konservasi Penyu”. Kegiatan konservasi ini berlangsung selama 2 hari tepatnya pada tanggal 9 dan 10 Juli 2023 di pantai Lowita, Kecamatan Suppa, Kabupaten Pinrang yang didampingi langsung oleh Sofyan Ramli, S.Pd., M.Pd. sebagai salah satu dosen Pendidikan Biologi. Kegiatan SEA ini merupakan kegiatan kolaboratif yang dilakukan oleh mahasiswa/i Pendidikan Biologi Angkatan 2020 dengan Komunitas Putra Lima Pesisir yang telah menjalankan pelestarian penyu sejak 2019 sampai sekarang

 

Penyu sebagai salah satu spesies yang telah ada sejak zaman purba dikenal karena memiliki tempurung yang sangat indah saat ini telah terancam punah, hal ini terjadi karena  eksploitasi penyu untuk dijadikan sebagai aksesoris seperti gelang, kalung, cincin atau bahkan pajangan dinding. Selain itu, banyak masyarakat yang menjadikan penyu dan telur penyu sebagai makanan yang mitosnya diperaya dapat meningkatkan “kevitalan”. Karena keprihatinan pemuda dan masyarakat di sekitar pantai Lowita terhadap perburuan penyu dan telurnya, terdapat lima orang pemuda yang mengambil inisiasi untuk mendirikan sebuah komunitas yang bertujuan untuk melestarikan dan menjaga kelestarian penyu, komunitas inilah yang dikenal dengan “Lima Putra Pesisir”.

 

Kegiatan ini dimulai dengan pembukaan oleh Kak Renal selaku salah satu dari lima orang yang mendirikan komunitas ini. Setelah itu, Kak Renal memberikan informasi bahwasanya penyu yang sering terlihat di pantai Lowita adalah penyu Lekang, Penyu Sisik dan Penyu Hijau. Penyu Lekang merupakan spesies yang paling sering ditemui bertelur di pinggir pantai Lowita, sedangkan Penyu Sisik ini sudah lumayan jarang terlihat bertelur pinggir pantai Lowita, dimana sejak bulan Maret sampai bulan Juli penyu Sisik hanya dua kali terlihat bertelur di pinggir pantai. Adapun spesies penyu hijau tidak ditemukan bertelur lagi di sekitar pantai Lowita sejak 2 tahun lalu, tetapi jika kita melakukan penyelaman ke laut kita dapat masih dapat melihat penyu hijau ini. Alasan penyu hijau ini tidak pernah lagi bertelur di pantai Lowita kemungkinan disebabkan oleh tumpukan sampah yang berasal dari laut dan sampah dari masyarakat sekitar, penyebab lainnya adalah kerusakan lingkungan yang berujung pada pemanasan global.

 

Kegiatan rutin yang dilakukan rutin setiap malam adalah patroli pantai dengan tujuan mencari penyu yang bertelur di sekitar pantai, hal ini dilakukan agar telur penyu tersebut dapat diamankan dan ditetaskan dengan aman agar tidak terganggu oleh predator maupun manusia. Setelah telur menetas, Tukik ini akan dilepaskan kembali ke pantai saat pagi hari ataupun sore hari.

 

“Tukik yang dilepaskan oleh adik-adik sekalian nantinya akan mengalami perjuangan yang sangat berat, dimana akan melawan ganasnya lautan dan berbagai rintangan, dan apabila Tukik ini berhasil melalui semua cobaan tersebut maka sekitar 30 tahun kemudian Tukik yang adik-adik lepaskan akan kembali menjadi seekor Penyu yang membawa harapan baru bagi kelestarian Penyu di dunia ini.”, ucap kak Renal sebelum pelepasan

 

Kegiatan ini sangat diapresiasi oleh Komunitas Lima Putra dan masyarakat sekitar. Selain melakukan konservasi penyu, juga dilakukan kegiatan pembersihan pantai dari sampah-sampah plastik. “Sejak ada kegiatan pelepasan Tukik, baru adik-adik sekalian yang turun langsung untuk membersihkan sampah di pantai Lowita ini.”, kata Kak Fir dan Kak Iccang saat kegiatan pembersihan pantai.

 

Kak Renal juga memberikan apresiasi yang sangat besar kepada Pendidikan Biologi Angkatan 2020. “Meskipun peluang dari Tukik dapat kembali menjadi Penyu dewasa untuk bertelur hanya berkisar 1 ekor dari 1000 ekor, tetapi adik-adik sekalian telah membantu meningkatkan peluang tersebut, Tukik-tukik yang adik-adik sekalian lepas semoga dapat melewati kejamnya lautan, dan kalau bisa kita kembali reuni lagi di pantai Lowita ini 30 tahun mendatang bersama anak-anak kita juga.” Kata Kak Renal sambil tertawa.

 

Kegiatan ini kemudian ditutup oleh Kak Renal dan piagam sebagai cendramata. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kami ucapkan dari Keluarga Besar Pendidikan Biologi Fakultas Tarbiyah UIN Alauddin Makassar kepada pihak Lima Putra Pesisir karena telah menjembatani kami untuk ikut serta dalam kegiatan Konservasi Penyu dalam Kegiatan SEA (Selamatkan Ekosistem Alam).

 

Sedikit penutup dari penulis “Jika alam hendak kau rusak, maka kemana lagi alam harus meminta bantuan”. Salam Lestari, salam Konservasi!

 

Penulis: Farhan Ramadhan