<!--[if gte vml 1]>
SEA (Selamatkan Ekosistem Alam) merupakan salah satu bentuk Ujian
Akhir Semester/Final mata kuliah Ekologi Hewan dengan beban 3 SKS. Mata Kuliah
ini diampuh oleh Syamsul, S,Pd., M.Pd. dengan tema utama “Konservasi Penyu”.
Kegiatan konservasi ini berlangsung selama 2 hari tepatnya pada tanggal 9 dan
10 Juli 2023 di pantai Lowita, Kecamatan Suppa, Kabupaten Pinrang yang
didampingi langsung oleh Sofyan Ramli, S.Pd., M.Pd. sebagai salah satu dosen
Pendidikan Biologi. Kegiatan SEA ini merupakan kegiatan kolaboratif yang
dilakukan oleh mahasiswa/i Pendidikan Biologi Angkatan 2020 dengan Komunitas
Putra Lima Pesisir yang telah menjalankan pelestarian penyu sejak 2019 sampai
sekarang
Penyu sebagai salah satu spesies yang telah ada sejak zaman purba
dikenal karena memiliki tempurung yang sangat indah saat ini telah terancam
punah, hal ini terjadi karena eksploitasi
penyu untuk dijadikan sebagai aksesoris seperti gelang, kalung, cincin atau
bahkan pajangan dinding. Selain itu, banyak masyarakat yang menjadikan penyu
dan telur penyu sebagai makanan yang mitosnya diperaya dapat meningkatkan “kevitalan”.
Karena keprihatinan pemuda dan
masyarakat di sekitar pantai Lowita terhadap perburuan penyu dan telurnya,
terdapat lima orang pemuda yang mengambil inisiasi untuk mendirikan sebuah
komunitas yang bertujuan untuk melestarikan dan menjaga kelestarian penyu,
komunitas inilah yang dikenal dengan “Lima Putra Pesisir”.
Kegiatan ini dimulai dengan pembukaan oleh Kak
Renal selaku salah satu dari lima orang yang mendirikan komunitas ini. Setelah
itu, Kak Renal memberikan informasi bahwasanya penyu yang sering terlihat di
pantai Lowita adalah penyu Lekang, Penyu Sisik dan Penyu Hijau. Penyu Lekang
merupakan spesies yang paling sering ditemui bertelur di pinggir pantai Lowita,
sedangkan Penyu Sisik ini sudah lumayan jarang terlihat bertelur pinggir pantai
Lowita, dimana sejak bulan Maret sampai bulan Juli penyu Sisik hanya dua kali
terlihat bertelur di pinggir pantai. Adapun spesies penyu hijau tidak ditemukan
bertelur lagi di sekitar pantai Lowita sejak 2 tahun lalu, tetapi jika kita
melakukan penyelaman ke laut kita dapat masih dapat melihat penyu hijau ini.
Alasan penyu hijau ini tidak pernah lagi bertelur di pantai Lowita kemungkinan
disebabkan oleh tumpukan sampah yang berasal dari laut dan sampah dari
masyarakat sekitar, penyebab lainnya adalah kerusakan lingkungan yang berujung
pada pemanasan global.
Kegiatan rutin yang dilakukan rutin setiap malam
adalah patroli pantai dengan tujuan mencari penyu yang bertelur di sekitar
pantai, hal ini dilakukan agar telur penyu tersebut dapat diamankan dan
ditetaskan dengan aman agar tidak terganggu oleh predator maupun manusia.
Setelah telur menetas, Tukik ini akan dilepaskan kembali ke pantai saat pagi
hari ataupun sore hari.
“Tukik yang dilepaskan oleh adik-adik sekalian
nantinya akan mengalami perjuangan yang sangat berat, dimana akan melawan
ganasnya lautan dan berbagai rintangan, dan apabila Tukik ini berhasil melalui
semua cobaan tersebut maka sekitar 30 tahun kemudian Tukik yang adik-adik
lepaskan akan kembali menjadi seekor Penyu yang membawa harapan baru bagi
kelestarian Penyu di dunia ini.”, ucap kak Renal sebelum pelepasan
Kegiatan ini sangat diapresiasi oleh Komunitas
Lima Putra dan masyarakat sekitar. Selain melakukan konservasi penyu, juga
dilakukan kegiatan pembersihan pantai dari sampah-sampah plastik. “Sejak ada
kegiatan pelepasan Tukik, baru adik-adik sekalian yang turun langsung untuk
membersihkan sampah di pantai Lowita ini.”, kata Kak Fir dan Kak Iccang saat
kegiatan pembersihan pantai.
Kak Renal juga memberikan apresiasi yang sangat
besar kepada Pendidikan Biologi Angkatan 2020. “Meskipun peluang dari Tukik
dapat kembali menjadi Penyu dewasa untuk bertelur hanya berkisar 1 ekor dari
1000 ekor, tetapi adik-adik sekalian telah membantu meningkatkan peluang
tersebut, Tukik-tukik yang adik-adik sekalian lepas semoga dapat melewati
kejamnya lautan, dan kalau bisa kita kembali reuni lagi di pantai Lowita ini 30
tahun mendatang bersama anak-anak kita juga.” Kata Kak Renal sambil tertawa.
Kegiatan ini kemudian ditutup oleh Kak Renal dan
piagam sebagai cendramata. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kami
ucapkan dari Keluarga Besar Pendidikan Biologi Fakultas Tarbiyah UIN Alauddin
Makassar kepada pihak Lima Putra Pesisir karena telah menjembatani kami untuk
ikut serta dalam kegiatan Konservasi Penyu dalam Kegiatan SEA (Selamatkan
Ekosistem Alam).
Sedikit penutup dari penulis “Jika alam hendak kau
rusak, maka kemana lagi alam harus meminta bantuan”. Salam Lestari, salam
Konservasi!
Penulis: Farhan Ramadhan